Kamis, 18 September 2014

PANDANGAN TRINITAS MENURUT BAPAK2 GEREJA



BAB I
PENDAHULUAN

            Doktrin Trinitas adalah salah satu doktrin yang menjadi perdebatan yang hebat dari masa kemasa. Sejak timbulnya pemikiran akan sang pencipta maka dari situlah timbul pula pemikiran akan manusia akan siapa penciptanya. Manusia terus berfikir akan hal itu sampai pada suatu titik akan kepercayaan mereka masing-masing. Tuhan menyatakan dirinya melalui penyataan Umum dan khusus. Dari situlah manusia dapat mengetahui bahwa adanya pencipta.
Orang Kristen sejak abad mula-mula sudah memikirkan pengetahuan tentang Allah dan bagaimana Allah itu. Gagasan-gasan dan pandangan tentang Allah mulai muncul oleh karena keingin tahuan manusia akan pribadi Allah hingga pada gagasan tentang Allah Trinitas. Memang dalam alkitab tidak begitu menjelaskan secara rinci tentang Allah Trinitas, namun dalam hal ini tidak berarti tidak ada sama sekali ayat yang menyiratkan akan hal itu.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan sedikit tentang apa Allah tirinitas itu dan sejak kapan mulai timbil tentang doktrin atau gagasan pemikiran tentang Trinitas dan siapa saja yang terlibat dalam pemikiran tersebut. Untuk lebih lanjut semua akan dibahas dalam makalah ini.
















BAB II
TRINITAS

·         PENGERTIAN TRINITAS (ETIMOLOGI)
Allah yang benar adalah Allah yang tidak terbatas. Allah yang melampaui segala sesuatu. Allah Yang Esa. Allah yang tidak ada bandingnya, dan Allah menyatakan diri sebagai Allah Tritunggal. Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam Alkitab, baik Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru. Yang tidak muncul di dalam Alkitab secara istilah, bukan berarti bukan konsep Alkitab. Sebaliknya, istilah yang muncul di dalam Alkitab jika ditafsir secara keliru menjadi bukan kebenaran Firman Tuhan. Faktanya, konsep atau doktrin Tritunggal ini terus menerus muncul di dalam Alkitab. Tong menuliskan bahwa Tritunggal berarti tiga pribadi di dalam satu Allah, atau di dalam esensi diri Allah, ada tiga pribadi.[1]
Secara etimologi, Kata Trinitas berasal dari bahasa Latin "trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga serangkai atau Tritunggal". Kata benda abstrak ini terbentuk dari kata sifat trinus (tiga masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu).[2] Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang berarti "satu set dari tiga" atau "berjumlah tiga".[3]
Tritunggal dapat diartikan bahwa tiga pribadi (Bapa, Anak, Roh Kudus) dalam satu kesatuan pribadi Allah.
Doktrin Allah Tritunggal adalah doktrin Monotheisme (percaya hanya kepada Satu Allah), dan bukan Politheisme (percaya kepada banyak Allah). Tong menuliskan bahwa:
 Doktrin Allah Tritunggal termasuk monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa. Dan Allah Yang Maha Esa itu mempunyai Tiga Pribadi, bukan satu: Pribadi Pertama adalah Allah Bapa, Pribadi Kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi Ketiga adalah Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah tidak berarti satu Pribadi. Tiga Pribadi itu mempunyai sifat dasar atau esensi (Yunani: Ousia, Inggris: Substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah. Allah Anak adalah Allah, dan Allah Roh Kudus adalah Allah. Namun Ketiganya memiliki Satu Ousia, yaitu esensi Allah. Maka Ketiga Pribadi itu adalah Satu Allah.[4]


·         BUKTI ALKITAB
Alkitab menyuguhkan begitu banyak catatan yang mengindikasikan bahwa Allah menyatakan diriNya dalam pribadi yang berbeda, seperti Kejadian 1:26: Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita...”; Kejadian 3:22  "... Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, Begitu pun dalam Kejadian 11:7, “Baiklah Kita turun...” dan banyak ayat dalam PL yang mencatat akan “kejamakan” Allah ini.
Secara lebih terang, di dalam PB seperti Matius 3:16-17 mencatat bahwa ketika Yesus di baptis, Allah Bapa berbicara dari Surga dan Roh Kudus turun dalam bentuk seperti burung merpati. Dalam moment ini dapat dilihat dengan jelas perbedaan antara ketiga pribadi Allah itu dalam melakukan tiga aktifitas yang berbeda: Allah Bapa berbicara dari surga, Allah anak sedang dibaptis, dan Roh Kudus turun dari Surga ke atas Allah Anak. Berikutnya dapat dilihat dari perkataan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh.10:30), Amanat Agung Yesus (Mat. 28:19-20), dan menurut beberapa Teolog pernyataan yang paling mewakili doktrin ini terdapat dalam 1Yohanes 5:7 “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.” Dari begitu banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai pembedaan pribadi Allah ini maka bapa-bapa Gereja memformulasikan iman mereka pada Allah Tritunggal yang Esa.[5]

·         AWAL MUNCULNYA TRINITAS DALAM SEJARAH GEREJA
Seperti sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan ‘baku’ tetang Allah Tritunggal, tetapi Alkitab menyajikan unsur-unsur yang diperlukan Teology untuk menyusun ajaran itu. Jadi, para pakar Teology (KeKristenan pada umumnya) diberi peluang untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar Gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.

o   BAPAK-BAPAK GEREJA YANG PERCAYA INJIL
Bapak-bapak Gereja seperti Irenaeus, Origenes, dan Tertullianus, memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh Gereja (yang am). Di bawah pimpinan Atanasius, ajaran Tritunggal diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan Gereja. Satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus, ajaran tersebut mendapat perumusannya yang diabadikan dalam pengakuan yang disebut Pengakuan Iman Atanasius, yang dijunjung tinggi oleh Gereja-Gereja yang mengakui Tritunggal sampai hari ini.
Sesudah doktrin ini dijelaskan lebih lanjut oleh Calvin (lih. B. B Warfield, Calvin and Augustine, 1956, hal. 189-284) Gereja-Gereja reformasi juga menerimanya sah sebagai asas kepercayaan.

v  Irenaeus
Ireneaus adalah salah satu seorang Bapak Gereja Timur yang terpenting pada abad ke dua. Riwayat hidupnya sangat sedikit diketahui kecuali lewat tulisan-tulisannya. Wellem menuliskan “Irenaeus di duga lahir sekitar tahun 115 sampai 125.”[6] Ia adalah seorang Yunani, yang lahir di Asia kecil dari keluarga Kristen. Waktu kecil ia mendengarkan polycarpus, Uskup Smirna (Salah satu bapak Rasuli) yang pernah mengenal Rasul Yohanes.[7]
Hidup pelayanan ialah melawan ajaran Gnostik. Lane menuliskan bahwa penganut-penganutnya percaya kepada satu Allah yang maha tinggi yang jauh dari dunia ini.[8] Dijamannya gnostik sangat menentang pengakuan iman rasuli. Adapun kutipan yang terkenal dari Irenaeus ialah:
Gereja, walaupun tersebar kemanan-mana hingga ke ujung dunia, telah menerima dari para rasul serta murid-muridnya kepercayaan ini, yaitu kepercayaan kepada satu Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi dan lautan serta segala yang di dalamnya; dan kepada satu Kristus Yesus, Anak Allah, yang telah menjadi manusia untuk keselamatan kita; dan kepada Roh Kudus, yang melalui para nabi telah menyatakan pekerjaan penyelamatan Allah bagi Umat manusia, serta pada kedatangan, kelahiran dari seorang dara, penderita, kebangkitan, kebangkitan dari orang mati dan kenaikan secara badani dari Tuhan kitaYesus kristus yang terkasih dan kedatangannya yang kedua kali dari sorga dengan kemuliaan sang bapa, untuk memenuhi segala sesuatu dan untuk membangkitakan semua daging manusia supaya… Ia menghakimi semua orang dengan adil (Melawan ajaran-ajaran Sesat 1:10:1)[9]
Kutipan tersebut sangat terkenal dan juga melatar belakangi perumusan Tritunggal.
v  Origenes
Origen lahir sekitar tahun 185 dari keluarga Kristen di Alexandria.[10] Ia adalah seorang yang genius yang menulis banyak buku sehingga ia diberi julukan Adamantius, pandangan pandangan teologisnya sangat berpengaruh pada zamannya, bahkan melewati zamannya sendiri. Pandangan teologinya menimbulkan pertikaian panjang, yang pada akhirnya beberapa pokok ajarannya dinyatakan sesat sesudah tiga abad kemudian dari masa hidupnya.
Origen bahkan maju lebih jauh dengan mengajarkan secara eksplisit bahwa Allah Putra berada dalam posisi di bawah Allah Bapa dalam esensi-Nya, dan bahkan Roh Kudus berada di bawah Allah Putra. Origen mengambil keilahian esensial dari kedua pribadi dalam Allah Tritunggal ini, dan menyiapkan jalan bagi orang-orang Arian yang menyangkal keilahian dari Allah Putra dan Allah Roh Kudus dengan cara mengatakan bahwa Allah Putra adalah makhluk ciptaan pertama dari Allah Bapa, dan Roh Kudus adalah makhluk ciptaan pertama dari Allah Putra.
            Menurut dia hal-hal yang merupakan pengakuan iman dan menjadi ajaran resmi Gereja yakni perbedaan dari tiga pribadi yang ia sebut ‘hypostasis’ dan keesaan mereka dalam substansi atau consubstansialitas (homoousios) dan ‘contemporaneitas’. Allah menjadi nyata dalam tiga pribadi (hypostaseis): Bapa, Putera dan Roh Kudus.[11]  Ketiganya adalah kekal, bahkan mengatasi dan mejelajai kekekalan itu sendiri. Ketiganya melaumpaui kekekalan, Tirinitas yang unik ini melaumpaui setiap ide baik yang bercorak historis maupun yang abadi, sementara semua yang berada di luar Trinitas perlu dibicarakan atau ditempatkan dalam batas atau dalam waktu.
            Mengenai kekhasan setiap pribadi Origenes merinci bahwa Bapa yang tak terlahirkan, hanya Dia yang tak dilahirkan (eghennetos). Kita mengimani bahwa tak seorangpun yang tak dilahirkan kecuali Bapa.
            Untuk melukiskan tampilnya Putera keluar dari haribaan Bapa Origenes menggunakan istilah “kelahiran”, gennao (generatio), namun merupakan suatu kelahiran yang khusus dibandingkan dengan  kelahiran mahluk hidup lainnya yang terjadi berkat peranaan ‘ materi’. Kelahiran Putera dari Bapa (lepas dari setiap bayang-bayang kejasmanian (corporeitas). Origenes berbicara tentang suatu kelahiran yang sepenuhnya rohani, sama seperti kegiatan intelegensi adalah sepenuhnya rohani ketika ia menggerakkan atau melahirkan kehendak. Dalam kelahiran Putera essensi dari Bapa tidak berubah atau berkurang,dan dalam waktu yang sama terdapat keesaan hakikat sepenuhnya antara Bapa dan Putera.
Selanjutnya Origenes menjelaskan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa, juga menghubungkan asal Roh Kudus dari Putera: Ia adalah yang pertama dari segala sesuatu yang berasal dari Bapa dengan Perantaraan Putera. Namun ia tidak memberi penjelasan bagaimana hal itu terjadi.
Menyangkut tampilnya Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra Origenes kurang sistematis dan agak kabur. Hal itu terjadi karena pada  masa itu belum terdapat penegasan resmi dari Gereja sehubungan dengan identitas Roh Kudus sendiri. Yang pasti  menurut dia, Roh Kudus itu tidak diciptakan. Roh Kudus itu sehakikat dengan Bapa dan Putera; nyatanya setiap orang yang ambil bagian dalam Roh Kudus berarti bersatu dengan Bapa dan Putera; sebab dalam kenyataannya Sang Trinitas adalah satu saja dan tanpa jasad.

v  Tertulianus
Tertulianus memberikan sumbangan yang besar dalam dogma Allah Tritunggal. Namun demikian tak dapat diharapkan daripadanya suatu formula yang defenitif dan lengkap serta tanpa kelemahan dalam hubungan dengan misteri iman yang agung itu.
Sumbangan yang sangat besar ketikan ia mengintrodusir melalui refleksinya beberapa ungkapan linguistik seperti substansi, natura serta persona yang dikemudian hari membuat Agustinus sampai pada rumusan yang defenitif.
Ajaran Tertulianus tentang Trinitas menandai suatu langkah penting dalam peralihan dari suatu cara pemahaman kosmologis dari Trinitas, menuju kepada pemahaman psikologis atau antropologis. Hal itu menjadi kentara melalui konsep tentang pengutusan Sabda dan Roh Kudus.
Pembaharuannya yang lebih mendalam sehubungan dengan refleksi teologis atas Trinitas terdapat dalam Adversus Praxeam. Karnyanya tersebut ditulis ketika ia telah memisahkan diri dari Gereja Katolik dan bergabung dengan Montanisme.[12] Karya tersebut memberi pengaruh besar bagi seluruh Gereja. Dalam buku tersebut sesundah mengingatkan bahwa rumusan pengakuan iman (refula fidei) berbicara tentang Bapa, Putera dan Roh Kudus maka Tertulianus menjelaskan dimana letaknya kesatuan dan perbedaan dari tiga kenyataan ilahi itu. Kita katakan bahwa Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah tiga, namun tak menyangkut keadaan intrinsik (status) dari Ketiga-Nya atau posisi dalam dirinya; tetapi menyangkut peranaan (gradus) yang mereka jalankan; tidak dalam substansi (substantia), tetapi cara menyatakan diri (forma); bukan dalam kuasa (potestas) tetapi dalam cara melaksanakan atau menggunakannya: sambil tetap tinggal satu substansi, satu kuasa, satu kondisi intrinsik, sebab Allah adalah satu.[13]

v  Athanasius
Ia lahir akhir abad ke-3 di Aleksandria (296). Tidak diketahui secara pasti riwat hidup sebelum pelayanan sebagai diaken oleh Uskup Aleksander. Dari sumber data yang didapat, ia menjadi penasehat teologis sang uskup, dan membuktikan bahwa seorang yang mahir dalam ilmu teologi. Ketika aleksander meninggal pada tahun 328, Athanasius menggantikannya sebagi uskup Alexandria, ia memangku jabatan ini selama 45 tahun dan meninggal pada tahun 373.[14] Hampir seluruh hidupnya diabadikan untuk melawan arianisme.
Adapun ajaran Athanasius ialah Berbagai usaha dilakukan untuk membuat sebuah kesepakan mengenai "Trinitas" baik itu melalui konsili Nicea dan konsili lainnya yang membahas hal serupa. Pada Konsili Konstantinopel (381), akhirnya dicapai sebuah kesepakatan bersama mengenai "Trinitas": Bapa, Anak, dan Roh Kudus Esa menurut keAllahannya, tetapi merupakan tiga pribadi. Namun, keesaaan tidaklah terlepas dari ketigaan begitu pun dengan ketigaan tidak akan terlepas dari keesaan.  Rumusan Konstantinopel ini ingin memasukkan semua unsur yang terkandung dalam Alkitab, tetapi ternyata rumusan ini tidak memuaskan pemikiran manusia, meskipun rumusan ini tetap dihargai.[15]
Pengakuan iman Athanasius diperkirakan ditulis pada akhir abad ke lima atau permulaan abad ke enam. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis pengakuan iman ini. Pengakuan ini diberi nama Athanasius sangat mungkin karena isi pengakuan iman ini mencerminkan ajaran seorang Bapak Gereja bernama Athanasius (296-373), Bishop di Alexandria yang sangat menekankan KeTritunggalan Allah dan Keilahian Yesus Kristus. Dalam konsili di Nicea (325), Athanasius merupakan lawan yang mematahkan argumentasi Arius (lihat pengakuan iman Nicea). Isi pengakuan ini berasal dari keputusan Konsili Chalcedon pada tahun 451 dan bentuk tulisan pengakuan ini ditemukan dalam bekas khotbah tahun 542 yang ditulis dalam bahasa Latin.[16]
v  Agustinus
Agustinus merupakan anak tertua dari Santa Monika. Ia dilahirkan pada 354 di Tagaste, sebuah kota di algeria Afrika utara yang merupakan wilayah Romawi saat itu.[17] Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptiskan di Italia. Ibunya, Monika, adalah seorang Katolik yang saleh, sementara ayahnya, Patricius seorang kafir, namun Agustinus mengikuti agama Manikean yang kontroversial, sehingga ibunya sangat cemas dan takut.
Dalam perjalanan hidupnya, ia merintis karir yang cukup lumayan hingga sampai menjadi profesor di Milano, namun berjalannya waktu ia juga sering jatuh dan meninggalkan Allah. Agustinus mengalami suatu krisis pribadi yang mendalam dan memutuskan untuk menjadi seorang Kristen. Ia meninggalkan kariernya dalam retorika, melepaskan jabatannya sebagai seorang profesor di Milano, dan gagasannya untuk menikah, dan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Allah dan praktik imamat, termasuk selibat.[18]
Salah satu dari karya agustinus dibidang dokmatika ialah Tritunggal. Ia menyimpulkan ajaran dari bapak-bapak Gereja terdalhulu kedalam sajian yang lebih sistematis. Adapun kutipannya ialah:
Marilah kita percaya pada… ke-Tritunggalan dari oknum-oknum yang saling berhubungan dan yang adalah kesatuan yang sehakikat. Dan marilah kita coba mengertinya sambil berdoa mohon bantuan dari Dia yang ingin kita mengerti… iman mencari, pengertian mendapatkan. Inilalah sang nabi mengatakan, “jika kamu tidak percaya, kamu tidak akan mengerti” (Yes 7:9)[19]
            Hingga kini, berdasarkan wibawa Alkitab, orang percaya dan mengakui doktrin keTritunggalan, yaitu bahwa Allah adalah tiga oknum dalam satu hakikat.
           



BAB III
KESIMPULAN
Tritunggal berarti tiga pribadi di dalam satu Allah, atau di dalam esensi diri Allah, ada tiga pribadi. Trinitas berasal dari bahasa Latin "trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga serangkai atau Tritunggal". Doktrin Allah Tritunggal termasuk monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa itu mempunyai Tiga Pribadi, bukan satu. Para pakar Teology (KeKristenan pada umumnya) diberi peluang untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar Gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.
Bapak-bapak Gereja seperti Irenaeus, Origenes, dan Tertullianus, memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh Gereja (yang am). Di bawah pimpinan Atanasius, ajaran Tritunggal diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan Gereja. Satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus, ajaran tersebut mendapat perumusannya yang diabadikan dalam pengakuan yang disebut Pengakuan Iman Atanasius, yang dijunjung tinggi oleh Gereja-Gereja yang mengakui Tritunggal sampai hari ini.

















Daftar pusataka

                        ,
            Alkitab
                        ,
http://id.wikipedia.org/wiki/Tritunggal, 05-03-2014

                        ,
http://www.sinode-gksi-setia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=469:pengakuan-iman-dalam-ibadah&catid=133:-teologi&Itemid=263

                        ,
http://delimandut.blogspot.com/2013/06/profil-filsuf-agustinus.html, 14-03-2014

Tong, Stephen,
2009    Allah Tri Tunggal, Surabaya: Momentum.

Scott, Liddell,
2006    A Greek-English Lexicon. entry for Τριάς, retrieved December

Susabda, Yakub,
2002    Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, Batam: Gospel Press.

D. F. Wellem,
2002    Riwayat hidup singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Lane, Tonny,
1993    Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Syukur, Nico, Diester,
2008    Teologi Sistematika I, Yogyakarta, Kanisius.

G. Edward, Farrugia,
1996    Kamus Teologi, Jogyakarta: Kanisius.









Daftar Isi

Bab I
            Pendahuluan               …………………………………………………….               1
Bab II
Trinitas                        …………………………………………………….               2
Pengertian Trinitas (Etimologi)           …………………………………….               2
Bukti Alkitab              …………………………………………………….               3
            Awal munculnya Trinitas dalam sejarah gereja           ……………………..              3
                        Bapak-bapak Gereja yang percaya Injil          ……………………..              3
Bab III
            Kesimpulan                 …………………………………………………….               9
Daftar Pustaka                                    …………………………………………………….               10



[1] Stephen Tong, Allah Tri Tunggal (Surabaya: Momentum, 2009), 29.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Tritunggal, 05-03-2014
[3] Liddell & Scott, A Greek-English Lexicon. entry for Τριάς, retrieved December 19, 2006
[4]  Stephen Tong Ibid.., 30
[5] Yakub Susabda, Mengenal dan Bergaul Dengan Allah (Batam: Gospel Press, 2002) 202.
[6] F. D. Wellem, Riwayat hidup singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 107.
[7] Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 9
[8] Ibid.., 9
[9] Ibid.., 11
[10] Ibid.., 16
[11] Nico Syukur Diester, Teologi Sistematika I, (Yogyakarta, Kanisius, 2008), 272.
[12] Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Jogyakarta: Kanisius, 1996), 208.
[13] Nico Syukur Diester, Teologi Sistematika I.., Ibid.., 135
[14] Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani.., 26
[15] Harta dalam bejana
[16] http://www.sinode-gksi-setia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=469:pengakuan-iman-dalam-ibadah&catid=133:-teologi&Itemid=263
[17] http://delimandut.blogspot.com/2013/06/profil-filsuf-agustinus.html, 14-03-2014
[18] Ibid… delimandut..
[19]  Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani.., Ibid.., 44.