BAB
I
PENDAHULUAN
Doktrin Trinitas adalah
salah satu doktrin yang menjadi perdebatan yang hebat dari masa kemasa. Sejak
timbulnya pemikiran akan sang pencipta maka dari situlah timbul pula pemikiran
akan manusia akan siapa penciptanya. Manusia terus berfikir akan hal itu sampai
pada suatu titik akan kepercayaan mereka masing-masing. Tuhan menyatakan
dirinya melalui penyataan Umum dan khusus. Dari situlah manusia dapat
mengetahui bahwa adanya pencipta.
Orang Kristen sejak abad mula-mula sudah
memikirkan pengetahuan tentang Allah dan bagaimana Allah itu. Gagasan-gasan dan
pandangan tentang Allah mulai muncul oleh karena keingin tahuan manusia akan pribadi
Allah hingga pada gagasan tentang Allah Trinitas. Memang dalam alkitab tidak
begitu menjelaskan secara rinci tentang Allah Trinitas, namun dalam hal ini
tidak berarti tidak ada sama sekali ayat yang menyiratkan akan hal itu.
Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan
sedikit tentang apa Allah tirinitas itu dan sejak kapan mulai timbil tentang
doktrin atau gagasan pemikiran tentang Trinitas dan siapa saja yang terlibat
dalam pemikiran tersebut. Untuk lebih lanjut semua akan dibahas dalam makalah
ini.
BAB
II
TRINITAS
·
PENGERTIAN TRINITAS (ETIMOLOGI)
Allah
yang benar adalah Allah yang tidak terbatas. Allah yang melampaui segala
sesuatu. Allah Yang Esa. Allah yang tidak ada bandingnya, dan Allah menyatakan
diri sebagai Allah Tritunggal. Istilah Tritunggal ini memang tidak ada di dalam
Alkitab, baik Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru. Yang tidak muncul di
dalam Alkitab secara istilah, bukan berarti bukan konsep Alkitab. Sebaliknya,
istilah yang muncul di dalam Alkitab jika ditafsir secara keliru menjadi bukan
kebenaran Firman Tuhan. Faktanya, konsep atau doktrin Tritunggal ini terus
menerus muncul di dalam Alkitab. Tong menuliskan bahwa Tritunggal berarti tiga pribadi di dalam satu Allah,
atau di dalam esensi diri Allah, ada tiga pribadi.[1]
Secara etimologi, Kata Trinitas
berasal dari bahasa
Latin
"trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga serangkai
atau Tritunggal". Kata benda abstrak ini terbentuk dari kata sifat trinus
(tiga masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang
merupakan kata benda abstrak yang dibentuk dari unus (satu).[2]
Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς, yang berarti "satu set
dari tiga" atau "berjumlah tiga".[3]
Tritunggal dapat diartikan bahwa tiga pribadi
(Bapa, Anak, Roh Kudus) dalam satu kesatuan pribadi Allah.
Doktrin
Allah Tritunggal adalah doktrin Monotheisme (percaya hanya kepada Satu Allah),
dan bukan Politheisme (percaya kepada banyak Allah). Tong menuliskan bahwa:
Doktrin
Allah Tritunggal termasuk monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa.
Dan Allah Yang Maha Esa itu mempunyai Tiga Pribadi, bukan satu: Pribadi Pertama
adalah Allah Bapa, Pribadi Kedua adalah Allah Anak (Yesus Kristus), dan Pribadi
Ketiga adalah Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi bukan berarti tiga Allah, dan satu Allah
tidak berarti satu Pribadi. Tiga Pribadi itu mempunyai sifat dasar atau esensi
(Yunani: Ousia, Inggris: Substance) yang sama, yaitu Allah. Allah Bapa adalah Allah.
Allah Anak adalah Allah, dan Allah Roh Kudus adalah Allah. Namun Ketiganya
memiliki Satu Ousia, yaitu esensi Allah. Maka Ketiga Pribadi itu adalah Satu Allah.[4]
·
BUKTI ALKITAB
Alkitab
menyuguhkan begitu banyak catatan yang mengindikasikan bahwa Allah menyatakan
diriNya dalam pribadi yang berbeda, seperti Kejadian 1:26: Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita...”;
Kejadian 3:22 "... Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti
salah satu dari Kita, Begitu
pun dalam Kejadian 11:7, “Baiklah Kita
turun...” dan banyak ayat dalam PL yang mencatat akan “kejamakan” Allah
ini.
Secara
lebih terang, di dalam PB seperti Matius 3:16-17 mencatat bahwa ketika Yesus di
baptis, Allah Bapa berbicara dari Surga dan Roh Kudus turun dalam bentuk
seperti burung merpati. Dalam moment ini dapat dilihat dengan jelas perbedaan
antara ketiga pribadi Allah itu dalam melakukan tiga aktifitas yang berbeda: Allah
Bapa berbicara dari surga, Allah anak sedang dibaptis, dan Roh Kudus turun dari
Surga ke atas Allah Anak. Berikutnya dapat dilihat dari perkataan Yesus sendiri
yang menyatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh.10:30), Amanat Agung Yesus
(Mat. 28:19-20), dan menurut beberapa Teolog pernyataan yang paling mewakili
doktrin ini terdapat dalam 1Yohanes 5:7 “Sebab ada tiga yang memberi
kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah
satu.” Dari begitu banyak ayat-ayat yang berbicara mengenai pembedaan
pribadi Allah ini maka bapa-bapa Gereja memformulasikan iman mereka pada Allah Tritunggal
yang Esa.[5]
·
AWAL MUNCULNYA TRINITAS DALAM SEJARAH GEREJA
Seperti
sudah dijelaskan, Alkitab tidak memberikan rumusan ‘baku’ tetang Allah Tritunggal,
tetapi Alkitab menyajikan unsur-unsur yang diperlukan Teology untuk menyusun
ajaran itu. Jadi, para pakar Teology (KeKristenan pada umumnya) diberi peluang
untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang tersedia.
Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi dari luar
Gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang keilahian
Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.
o BAPAK-BAPAK
GEREJA YANG PERCAYA INJIL
Bapak-bapak
Gereja seperti Irenaeus, Origenes, dan Tertullianus,
memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh Gereja
(yang am). Di bawah pimpinan Atanasius, ajaran Tritunggal
diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan Gereja.
Satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus, ajaran tersebut
mendapat perumusannya yang diabadikan dalam pengakuan yang disebut Pengakuan
Iman Atanasius, yang dijunjung tinggi oleh Gereja-Gereja yang mengakui
Tritunggal sampai hari ini.
Sesudah
doktrin ini dijelaskan lebih lanjut oleh Calvin (lih. B.
B Warfield, Calvin and Augustine, 1956, hal. 189-284) Gereja-Gereja
reformasi juga menerimanya sah sebagai asas kepercayaan.
v Irenaeus
Ireneaus adalah
salah satu seorang Bapak Gereja Timur yang terpenting pada abad ke dua. Riwayat
hidupnya sangat sedikit diketahui kecuali lewat tulisan-tulisannya. Wellem
menuliskan “Irenaeus di duga lahir sekitar tahun 115 sampai 125.”[6]
Ia adalah seorang Yunani, yang lahir di Asia
kecil dari keluarga Kristen. Waktu kecil ia mendengarkan polycarpus, Uskup
Smirna (Salah satu bapak Rasuli) yang pernah mengenal Rasul Yohanes.[7]
Hidup pelayanan ialah melawan ajaran
Gnostik. Lane menuliskan bahwa penganut-penganutnya percaya kepada satu Allah
yang maha tinggi yang jauh dari dunia ini.[8]
Dijamannya gnostik sangat menentang pengakuan iman rasuli. Adapun kutipan yang
terkenal dari Irenaeus ialah:
Gereja, walaupun tersebar kemanan-mana hingga ke ujung
dunia, telah menerima dari para rasul serta murid-muridnya kepercayaan ini,
yaitu kepercayaan kepada satu Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan
bumi dan lautan serta segala yang di dalamnya; dan kepada satu Kristus Yesus,
Anak Allah, yang telah menjadi manusia untuk keselamatan kita; dan kepada Roh
Kudus, yang melalui para nabi telah menyatakan pekerjaan penyelamatan Allah
bagi Umat manusia, serta pada kedatangan, kelahiran dari seorang dara,
penderita, kebangkitan, kebangkitan dari orang mati dan kenaikan secara badani
dari Tuhan kitaYesus kristus yang terkasih dan kedatangannya yang kedua kali
dari sorga dengan kemuliaan sang bapa, untuk memenuhi segala sesuatu dan untuk
membangkitakan semua daging manusia supaya… Ia menghakimi semua orang dengan
adil (Melawan ajaran-ajaran Sesat 1:10:1)[9]
Kutipan tersebut sangat terkenal dan
juga melatar belakangi perumusan Tritunggal.
v Origenes
Origen lahir sekitar tahun 185 dari
keluarga Kristen di Alexandria.[10]
Ia adalah seorang yang genius yang menulis banyak buku sehingga ia diberi
julukan Adamantius, pandangan pandangan teologisnya sangat berpengaruh pada
zamannya, bahkan melewati zamannya sendiri. Pandangan teologinya menimbulkan
pertikaian panjang, yang pada akhirnya beberapa pokok ajarannya dinyatakan
sesat sesudah tiga abad kemudian dari masa hidupnya.
Origen bahkan maju lebih jauh dengan
mengajarkan secara eksplisit bahwa Allah Putra berada dalam posisi di bawah Allah
Bapa dalam esensi-Nya, dan bahkan Roh Kudus berada di bawah Allah
Putra. Origen mengambil keilahian esensial dari kedua pribadi dalam Allah Tritunggal
ini, dan menyiapkan jalan bagi orang-orang Arian yang menyangkal keilahian dari
Allah Putra dan Allah Roh Kudus dengan cara mengatakan bahwa Allah Putra adalah
makhluk ciptaan pertama dari Allah Bapa, dan Roh Kudus adalah makhluk ciptaan
pertama dari Allah Putra.
Menurut dia hal-hal yang merupakan pengakuan iman dan
menjadi ajaran resmi Gereja yakni perbedaan dari tiga pribadi yang ia sebut ‘hypostasis’ dan keesaan mereka dalam
substansi atau consubstansialitas (homoousios) dan ‘contemporaneitas’. Allah menjadi nyata dalam tiga pribadi (hypostaseis): Bapa, Putera dan Roh
Kudus.[11] Ketiganya adalah kekal, bahkan mengatasi dan
mejelajai kekekalan itu sendiri. Ketiganya melaumpaui kekekalan, Tirinitas yang
unik ini melaumpaui setiap ide baik yang bercorak historis maupun yang abadi,
sementara semua yang berada di luar Trinitas perlu dibicarakan atau ditempatkan
dalam batas atau dalam waktu.
Mengenai kekhasan setiap pribadi Origenes merinci bahwa
Bapa yang tak terlahirkan, hanya Dia yang tak dilahirkan (eghennetos). Kita
mengimani bahwa tak seorangpun yang tak dilahirkan kecuali Bapa.
Untuk melukiskan tampilnya Putera keluar dari haribaan
Bapa Origenes menggunakan istilah “kelahiran”, gennao (generatio), namun
merupakan suatu kelahiran yang khusus dibandingkan dengan kelahiran mahluk hidup lainnya yang terjadi
berkat peranaan ‘ materi’. Kelahiran Putera dari Bapa (lepas dari setiap
bayang-bayang kejasmanian (corporeitas). Origenes berbicara tentang suatu
kelahiran yang sepenuhnya rohani, sama seperti kegiatan intelegensi adalah
sepenuhnya rohani ketika ia menggerakkan atau melahirkan kehendak. Dalam
kelahiran Putera essensi dari Bapa tidak berubah atau berkurang,dan dalam waktu
yang sama terdapat keesaan hakikat sepenuhnya antara Bapa dan Putera.
Selanjutnya
Origenes menjelaskan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa, juga menghubungkan asal
Roh Kudus dari Putera: Ia adalah yang pertama dari segala sesuatu yang berasal
dari Bapa dengan Perantaraan Putera. Namun ia tidak memberi penjelasan
bagaimana hal itu terjadi.
Menyangkut
tampilnya Roh Kudus keluar dari Bapa dan Putra Origenes kurang sistematis dan
agak kabur. Hal itu terjadi karena pada
masa itu belum terdapat penegasan resmi dari Gereja sehubungan dengan
identitas Roh Kudus sendiri. Yang pasti
menurut dia, Roh Kudus itu tidak diciptakan. Roh Kudus itu sehakikat
dengan Bapa dan Putera; nyatanya setiap orang yang ambil bagian dalam Roh Kudus
berarti bersatu dengan Bapa dan Putera; sebab dalam kenyataannya Sang Trinitas
adalah satu saja dan tanpa jasad.
v Tertulianus
Tertulianus
memberikan sumbangan yang besar dalam dogma Allah Tritunggal. Namun demikian
tak dapat diharapkan daripadanya suatu formula yang defenitif dan lengkap serta
tanpa kelemahan dalam hubungan dengan misteri iman yang agung itu.
Sumbangan
yang sangat besar ketikan ia mengintrodusir melalui refleksinya beberapa
ungkapan linguistik seperti substansi,
natura serta persona yang dikemudian hari membuat Agustinus sampai pada rumusan
yang defenitif.
Ajaran
Tertulianus tentang Trinitas menandai suatu langkah penting dalam peralihan
dari suatu cara pemahaman kosmologis dari Trinitas, menuju kepada pemahaman
psikologis atau antropologis. Hal itu menjadi kentara melalui konsep tentang
pengutusan Sabda dan Roh Kudus.
Pembaharuannya
yang lebih mendalam sehubungan dengan refleksi teologis atas Trinitas terdapat
dalam Adversus Praxeam. Karnyanya tersebut ditulis ketika ia telah memisahkan
diri dari Gereja Katolik dan bergabung dengan Montanisme.[12]
Karya tersebut memberi pengaruh besar bagi seluruh Gereja. Dalam buku tersebut
sesundah mengingatkan bahwa rumusan pengakuan iman (refula fidei) berbicara
tentang Bapa, Putera dan Roh Kudus maka Tertulianus menjelaskan dimana letaknya
kesatuan dan perbedaan dari tiga kenyataan ilahi itu. Kita katakan bahwa Bapa,
Putera dan Roh Kudus adalah tiga, namun tak menyangkut keadaan intrinsik
(status) dari Ketiga-Nya atau posisi dalam dirinya; tetapi menyangkut peranaan
(gradus) yang mereka jalankan; tidak dalam substansi (substantia), tetapi cara
menyatakan diri (forma); bukan dalam
kuasa (potestas) tetapi dalam cara melaksanakan atau menggunakannya: sambil
tetap tinggal satu substansi, satu kuasa, satu kondisi intrinsik, sebab Allah
adalah satu.[13]
v Athanasius
Ia lahir akhir abad ke-3 di Aleksandria
(296). Tidak diketahui secara pasti riwat hidup sebelum pelayanan sebagai
diaken oleh Uskup Aleksander. Dari sumber data yang didapat, ia menjadi
penasehat teologis sang uskup, dan membuktikan bahwa seorang yang mahir dalam
ilmu teologi. Ketika aleksander meninggal pada tahun 328, Athanasius
menggantikannya sebagi uskup Alexandria, ia memangku jabatan ini selama 45
tahun dan meninggal pada tahun 373.[14]
Hampir seluruh hidupnya diabadikan untuk melawan arianisme.
Adapun ajaran Athanasius ialah Berbagai usaha dilakukan untuk membuat sebuah
kesepakan mengenai "Trinitas" baik itu melalui konsili Nicea dan
konsili lainnya yang membahas hal serupa. Pada Konsili Konstantinopel (381),
akhirnya dicapai sebuah kesepakatan bersama mengenai "Trinitas": Bapa, Anak, dan Roh Kudus Esa menurut keAllahannya,
tetapi merupakan tiga pribadi. Namun, keesaaan tidaklah terlepas dari
ketigaan begitu pun dengan ketigaan tidak akan terlepas dari keesaan. Rumusan Konstantinopel ini ingin memasukkan
semua unsur yang terkandung dalam Alkitab, tetapi ternyata rumusan ini tidak
memuaskan pemikiran manusia, meskipun rumusan ini tetap dihargai.[15]
Pengakuan
iman Athanasius diperkirakan ditulis pada akhir abad ke lima atau permulaan
abad ke enam. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis pengakuan iman ini.
Pengakuan ini diberi nama Athanasius sangat mungkin karena isi pengakuan iman
ini mencerminkan ajaran seorang Bapak Gereja bernama Athanasius (296-373),
Bishop di Alexandria yang sangat menekankan KeTritunggalan Allah dan Keilahian
Yesus Kristus. Dalam konsili di Nicea (325), Athanasius merupakan lawan yang
mematahkan argumentasi Arius (lihat pengakuan iman Nicea). Isi pengakuan ini
berasal dari keputusan Konsili Chalcedon pada tahun 451 dan bentuk tulisan
pengakuan ini ditemukan dalam bekas khotbah tahun 542 yang ditulis dalam bahasa
Latin.[16]
v Agustinus
Agustinus merupakan anak tertua
dari Santa
Monika. Ia dilahirkan
pada 354 di Tagaste,
sebuah kota di algeria Afrika utara yang merupakan wilayah Romawi saat itu.[17]
Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptiskan di Italia. Ibunya, Monika, adalah seorang Katolik yang saleh, sementara ayahnya, Patricius seorang kafir, namun Agustinus mengikuti agama Manikean yang kontroversial, sehingga ibunya sangat cemas dan takut.
Dalam perjalanan hidupnya, ia merintis
karir yang cukup lumayan hingga sampai menjadi profesor di Milano, namun
berjalannya waktu ia juga sering jatuh dan meninggalkan Allah. Agustinus
mengalami suatu krisis pribadi yang mendalam dan memutuskan untuk menjadi
seorang Kristen. Ia meninggalkan kariernya dalam retorika, melepaskan
jabatannya sebagai seorang profesor di Milano, dan gagasannya untuk menikah,
dan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Allah dan praktik imamat, termasuk selibat.[18]
Salah satu dari karya agustinus dibidang
dokmatika ialah Tritunggal. Ia menyimpulkan ajaran dari bapak-bapak Gereja
terdalhulu kedalam sajian yang lebih sistematis. Adapun kutipannya ialah:
Marilah
kita percaya pada… ke-Tritunggalan dari oknum-oknum yang saling berhubungan dan
yang adalah kesatuan yang sehakikat. Dan marilah kita coba mengertinya sambil
berdoa mohon bantuan dari Dia yang ingin kita mengerti… iman mencari,
pengertian mendapatkan. Inilalah sang nabi mengatakan, “jika kamu tidak
percaya, kamu tidak akan mengerti” (Yes 7:9)[19]
Hingga kini, berdasarkan wibawa Alkitab, orang percaya
dan mengakui doktrin keTritunggalan, yaitu bahwa Allah adalah tiga oknum dalam
satu hakikat.
BAB
III
KESIMPULAN
Tritunggal
berarti tiga pribadi di dalam satu Allah, atau di dalam esensi diri Allah, ada
tiga pribadi. Trinitas berasal dari bahasa Latin "trinus" dan "unitas"
yang berarti "tiga serangkai atau Tritunggal". Doktrin
Allah Tritunggal termasuk monotheisme, yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa,
Allah Yang Maha Esa itu mempunyai Tiga Pribadi, bukan satu. Para pakar Teology (KeKristenan pada umumnya)
diberi peluang untuk merumuskan pengajaran ini berdasarkan data-data acuan yang
tersedia. Perlunya merumuskan doktrin Tritunggal adalah akibat timbulnya reaksi
dari luar Gereja. Tuntutan utama di dalam perumusan itu ialah kejelasan tentang
keilahian Yesus Kristus sebagai asas kepercayaan Gereja.
Bapak-bapak
Gereja seperti Irenaeus, Origenes, dan Tertullianus,
memulai upaya merumuskan ajaran Tritunggal, dan hasilnya diterima oleh Gereja
(yang am). Di bawah pimpinan Atanasius, ajaran Tritunggal
diumumkan di Konsili Nicaea (325 M) sebagai kepercayaan Gereja.
Satu abad kemudian, atas pimpinan Agustinus, ajaran tersebut
mendapat perumusannya yang diabadikan dalam pengakuan yang disebut Pengakuan
Iman Atanasius, yang dijunjung tinggi oleh Gereja-Gereja yang mengakui
Tritunggal sampai hari ini.
Daftar pusataka
,
Alkitab
,
http://id.wikipedia.org/wiki/Tritunggal,
05-03-2014
,
http://www.sinode-gksi-setia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=469:pengakuan-iman-dalam-ibadah&catid=133:-teologi&Itemid=263
,
http://delimandut.blogspot.com/2013/06/profil-filsuf-agustinus.html,
14-03-2014
Tong,
Stephen,
2009 Allah Tri Tunggal, Surabaya: Momentum.
Scott, Liddell,
Susabda,
Yakub,
2002 Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, Batam: Gospel Press.
D.
F. Wellem,
2002 Riwayat hidup singkat, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lane,
Tonny,
1993 Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Syukur,
Nico, Diester,
2008 Teologi Sistematika I, Yogyakarta,
Kanisius.
G.
Edward, Farrugia,
1996 Kamus Teologi, Jogyakarta:
Kanisius.
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan ……………………………………………………. 1
Bab II
Trinitas ……………………………………………………. 2
Pengertian Trinitas (Etimologi) ……………………………………. 2
Bukti Alkitab ……………………………………………………. 3
Awal munculnya Trinitas
dalam sejarah gereja …………………….. 3
Bapak-bapak
Gereja yang percaya Injil …………………….. 3
Bab III
Kesimpulan ……………………………………………………. 9
Daftar Pustaka ……………………………………………………. 10
[1] Stephen Tong, Allah Tri Tunggal
(Surabaya: Momentum, 2009), 29.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Tritunggal,
05-03-2014
[4]
Stephen Tong Ibid.., 30
[5] Yakub Susabda, Mengenal dan
Bergaul Dengan Allah (Batam: Gospel Press, 2002) 202.
[6] F. D. Wellem, Riwayat hidup
singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 107.
[7] Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah
Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 9
[8] Ibid.., 9
[9] Ibid.., 11
[10] Ibid.., 16
[11] Nico Syukur Diester, Teologi
Sistematika I, (Yogyakarta,
Kanisius, 2008), 272.
[12] Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Jogyakarta: Kanisius,
1996), 208.
[13] Nico Syukur Diester, Teologi
Sistematika I.., Ibid.., 135
[14] Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah
Pemikiran Kristiani.., 26
[15] Harta dalam bejana
[16]
http://www.sinode-gksi-setia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=469:pengakuan-iman-dalam-ibadah&catid=133:-teologi&Itemid=263
[17]
http://delimandut.blogspot.com/2013/06/profil-filsuf-agustinus.html, 14-03-2014
[18] Ibid… delimandut..
[19]
Tonny lane, Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani.., Ibid.., 44.