Nama : Agus Sriyanto
Semester : VII
M. Kuliah : Kepemimpinan
Dosen : Pdt. Waharman
Tugas : Laporan Bacaan “Kepemimpinan yang Berani” oleh Bill Hybels
Selama
tiga puluh tahun Bill menahan diri untuk memulai menulis buku ini.
Pengalamannya memimpin di Willow Creek Community Church selama kurun waktu
tersebutlah yang memotivasinya untuk menulis buku ini. Dalam penuturannya
sendiri Bill mengatakan bahwa tidak ada buku yang dia tulis dengan begitu
bersemangat kecuali buku ini. Kenapa Bill harus menahan diri? Karena menurutnya
ia belum siap, ada banyak hal yang menurutnya harus dijalani terlebih dahulu
sehingga ia beroleh “bumbu” untuk penulisan buku ini. “Bumbu” yang dimaksud
adalah termasuk berbagai kesalahan yang ia lakukan semasa ia memimpin.
Ada satu tokoh semasa Bill kuliah yang ikut
memberikan andil dalam pembentukan visinya beliau adalah seorang profesor, Dr.
Gilbert Bilezekian. Profesor tersebut mengingatkannya akan komunitas gereja di
abad pertama di mana semua anggota jemaat begitu melebur, tanpa dinding, dan
semakin hari semakin banyak jiwa-jiwa yang diselamatkan. Latar belakang yang
lain adalah keyakinan Bill pada kekuatan gereja lokal. Lewat buku ini Bill
berharap agar siapapun yang membacanya dapat menerapkan dan mengembalikan
gereja si pembaca seperti tujuan gereja yang mula-mula: suatu kekuatan yang
tidak dapat dikalahkan oleh kuasa kegelapan.
Pesan dari Buku
Para
pemimpin 360 derajat tidak hanya mengarahkan bakat kepemimpinannya ke Selatan
yaitu ke orang-orang yang dibimbingnya. Mereka juga belajar memimpin ke Utara
yaitu dengan mempengaruhi orang-orang yang memiliki otoritas diatas mereka, dan
juga memimpin ke Barat dan ke Timur dengan memberikan dampak pada rekan se
level mereka. Tetapi yang paling penting, mereka belajar bagaimana menjaga
jarum kompas agar tetap di tengah dengan memimpin diri mereka sendiri – dengan
menjaga kehidupan mereka tetap pada jalurnya sehingga mereka bisa tetap
menyediakan arah yang maksimal untuk orang lain. Ini adalah buku yang paling
penting yang pernah ditulis olehnya, Bill Hybels membagikan apa yang telah ia
pelajari tentang kepemimpinan Kristen dalam masa 30 tahun menggembalakan Willow
Creek.
“Kepemimpinan yang Berani” menawarkan strategi yang telah terbukti dan terus diperbaharui. Lebih dari itu, buku ini juga memberikan inti dari kepemimpinan Kristen yang paling terkemuka komitmennya yang kuat pada penginjilan dan pemuridan dan semangatnya untuk menginspirasi rekan-rekan sesama pemimpin gereja sama seperti ia tetap menjaga dirinya untuk terus bertumbuh sebagai seorang pemimpin.
Inti tulisan
Ada
12 bab isi keseluruhan dari buku ini. Kedua-belas bab tersebut adalah sebagai
berikut:
I. Resiko-resiko kepemimpinan
I. Resiko-resiko kepemimpinan
Bab
ini dibuka dengan peristiwa yang terjadi pada 11 September 2001 yang menimpa
World Trade Center. Bab ini juga mengingatkan pembaca bahwa gereja setempat
adalah harapan dunia. Supaya gereja bisa menjadi harapan dunia harus ada
pemimpin yang berkarunia yang mau memberikan visinya bagi gereja.
II. Senjata seorang pemimpin yang paling ampuh
Bab
ini mengingatkan bahwa visi adalah senjata seorang pemimpin yang paling ampuh.
Ada yang menarik dalam bab ini ketika Bill mengandaikan jika Bob Pierce,
pendiri World Vision mengabaikan anak-anak yang kelaparan karena waktu itu Bob
hanya seorang diri. Ternyata Bob tidak mengabaikan visi yang Allah berikan
padanya.
III. Kepemimpinan Aktif
Bab
ini berusaha memberikan beberapa arahan bagaimana mengubah suatu visi ke dalam
tindakan. Bagaimana visi mulai dimurnikan, tujuan mulai ditetapkan, membagikan
visi itu, dan mencari orang-orangnya.
IV. Membangun tim impian
Inti
sebenarnya adalah membangun komunitas yang dekat dengan hati seorang pemimpin.
Untuk membangun sebuah tim langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mendefinisikan tujuan tim, kemudian menentukan kriteria tim. Setelah menentukan
kriteria dimulailah melihat kompetensi yang dibutuhkan. Namun dalam bab ini
juga dijelaskan bahwa selain kriteria dan kompetensi tetap dibutuhkan kecocokan
antar anggota tim.
Bab ini juga menegaskan bahwa tim yang baik akan berhasil jika dipimpin oleh pemimpin yang baik pula. Tanpa pemimpin yang baik sebuah tim tidak akan dapat berkembang dan menghasilkan.
Bab ini juga menegaskan bahwa tim yang baik akan berhasil jika dipimpin oleh pemimpin yang baik pula. Tanpa pemimpin yang baik sebuah tim tidak akan dapat berkembang dan menghasilkan.
V. Ditantang mengelola
sumber daya
Ujian
terhadap keberanian seorang pemimpin sebenarnya yang dibahas daam bab ini. Segala
hal mengenai keuangan, berbagai kisah-kisah Bill bertahan dalam posisi keuangan
yang sulit, dan beberapa kebenaran yang ia bagikan mengenai sumber daya ada
dalam bab ini.
Bab ini juga memberikan beberapa pedoman untuk merekrut staf gereja. Mendapatkan staf yang kompeten, memberikan penghargaan kepada staf dan beberapa prinsip bahwa pelayan haruslah memperoleh imbalan yang sesuai dengan pelayanannya.
Bab ini juga memberikan beberapa pedoman untuk merekrut staf gereja. Mendapatkan staf yang kompeten, memberikan penghargaan kepada staf dan beberapa prinsip bahwa pelayan haruslah memperoleh imbalan yang sesuai dengan pelayanannya.
VI. Mengembangkan para
pemimpin yang sedang bangkit
Ada
3 fase yang harus dilewati untuk pengembangan kepemimpinan yang sedang bangkit
yaitu: mengidentifikasi para pemimpin yang sedang bangkit, menanamkan investasi
dalam pengembangan para pemimpin yang sedang bangkit, dan mempercayakan
tanggung jawab pada para pemimpin yang sedang bangkit.
Dalam
bab ini juga dibahas mengenai kualitas yang Bill cari dalam mengidentifikasi
para pemimpin yang sedang bangkit yaitu: pengaruh, karakter, keahlian,
semangat, dan kecerdasan.
Bab ini juga mengajak pembaca untuk mulai mengidentifikasi rencana pengembangan kepemimpinan masing-masing melalui 3 fase tersebut. Bill juga kembali menegaskan bahwa kepemimpinan ada dalam kondisi terbaik saat melihat banyak orang menjadi pemimpin baru dalam keefektifan mereka.
Bab ini juga mengajak pembaca untuk mulai mengidentifikasi rencana pengembangan kepemimpinan masing-masing melalui 3 fase tersebut. Bill juga kembali menegaskan bahwa kepemimpinan ada dalam kondisi terbaik saat melihat banyak orang menjadi pemimpin baru dalam keefektifan mereka.
VII. Menemukan dan
mengembangkan gaya kepemimpinan anda sendiri
Bab
ini membahas 10 gaya kepemimpinan. Dari gaya visionaris sampai gaya
kepemimpinan yang menjembatani. Inti sebenarnya dari bab ini adalah memberikan
kunci menuju kepemimpinan yang berpengaruh besar melalui penemuan dan
pengembangan gaya kepemimpinan. Bill menawarkan empat langkah untuk hal ini.
VIII. Indera keenam seorang pemimpin
Di
sini kita diajak untuk belajar tentang sumber-sumber yang bisa kita gunakan
untuk mengambil keputusan. Ada empat sumber data: keyakinan diri, dari
pengalaman pemimpin lain/ konsultasi dengan para mentor, kisah-kisah yang penuh
penderitaan, dan Roh Kudus.
IX. Seni memimpin diri sendiri
IX. Seni memimpin diri sendiri
Bab
ini mengajar tentang seorang pemimpin 360 derajat dimana ada arah Utara,
Selatan, Barat, dan Timur. Utara berbicara mengenai orang-orang di atas kita,
Selatan berbicara mengenai orang-orang yang dalam tanggung jawab kita, dan
Barat – Timur berbicara mengenai rekan-rekan sesama pemimpin.
Dalam
bab ini Bill juga mengajak agar para pemimpin mengajukan beberapa pertanyaan
pada diri sendiri secara berkala untuk menjaga agar tetap konsisten.
X. Doa seorang pemimpin
Dalam
bab ini ada berbagai permohonan doa agar Tuhan mau membentuk diri kita seturut
beberapa contoh pemimpin yang berkarakter seperti: Daud, Yonatan, Yusuf, Yosua,
Ester, Salomo, Yeremia, Nehemia, Petrus, dan Paulus.
XI. Jalan hidup Sang pemimpin
Di
sini kita diajak untuk membangun jalan spiritual yaitu relasi yang vital
bersama Allah. Ada beberapa jalur untuk membangun jalan tersebut: jalur
relasional, jalur intelektual, jalur pelayanan, jalur kontemplatif, jalur
aktivis, jalur penciptaan, dan jalur ibadah. Bill mengajak kita menemukan jalur
kita sendiri dan mendalami jalur tersebut. Setelah itu kita bisa membantu orang
lain menemukan jalur mereka.
XII. Mengembangkan semangat yang tak pernah pudar
Bab
ini mengajak kita untuk mempertahankan tujuan dengan beberapa cara: memastikan
kembali panggilan kita, mengembangkan keberanian untuk berubah, menemukan
orang-orang yang dapat diandalkan, dan bertahan dengan sudut pandang yang
abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar